wujon perantau. Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Ini adalah widget melayang. Tutorialnya bisa didapatkan disini :D
RSS

geologi dan geomorfologi pulau papua



BAB I
PENDAHULUAN

  A.    LATAR BELAKANG
Papua adalah  pulau yang  berada di timur wilayah kepulauan Indonesia. Bersama dengan Papua Nugini,  pulau ini merupakan  pulau terbesar kedua di dunia, sekaligus merupakan  pulau yang mempunyai  puncak tertinggi di Asia Tenggara dan Australia,yaitu Puncak Wijaya(4.884 dpl).
Papua merupakan wilayah yang sangat kaya akan sumber alam sebagai akibat kegiatan lempengnya yang terus mengalami  perkembangan. Geologi Papua merupakan sesuatu yang kompleks, melibatkan kegiatan interaksi konvergen Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik serta  proses  pengendapan di masa lalu yang mengalami  perkembangan dan  pengangkatan. Kebanyakan evolusi tektonik Cenozoic kepulauan ini terbentuk sebagai akibat interaksi konvergen tersebut.
  B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana evolusi tektonik pulau papua?
2.      Bagaimana geologi regional pulau papua?
3.      Bagaimana setingtektonik pulau papua?
4.      Bagaimana stratigafi pulau papua?
5.      Bagaimana gambaran peta geologi papua?
6.      Bagaimakah keadaan geomorfologi pulau irian?
7.      Bagaimanakah pengembangan wilayah pulau irian?

  C.     TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1.      Untuk mengetahui evolusi tektonik pulau papua?
2.      Untuk mengetahui geologi regional pulau papua?
3.      Untuk mengetahui setingtektonik pulau papua?
4.      Untuk mengetahui stratigafi pulau papua?
5.      Untuk mengetahui gambaran peta geologi papua?
6.      Untuk mengetahui keadaan geomorfologi pulau irian.
7.      Untuk mengetahui pengembangan wilayah pulau irian.
  D.    MANFAT PENULISAN MAKALAH
a.      MANFAT TEORITIS
1.      makalah ini dapat menamba wawasan pembaca
2.      sebagai dasar penyusunan makalah berikutnya
b.      MANFAAT PRAKTIS
1.         makalah ini bermanfaat untuk menamba wawasan dan pengetahuan.
2.         Dapat mengetahui evolusi tektonik pulau papua
3.         Dapat mengetahui geologi regional pulau papua
4.         Dapat mengetahui setingtektonik pulau papua
5.         Dapat mengetahui stratigafi pulau papua
6.         Bagaimana gambaran peta geologi papua




BAB II
PEMBAHASANA.

  A.    Sejarah Geologi Papua

Gambar 1. Peta Geologi Papua Yang Di Sederhanahkan
Keterangan:
Warna Biru= batu gamping atau dolomite
Warna Merah=Batuan beku atau malihan
Warna Abu-abu=Sedimen lepas(kerikil,  pasir, lanau)
Warna Kuning=Sedimen Padu(tak terbedakan)

Geologi Papua merupakan priode endapan sedimentasi dengan masa yang panjang pada tepi Utara Kraton Australia yang pasif yang berawal pada Zaman Karbon sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut dangkal sampai laut dalam dan mengendapkan batuan klatik kuarsa, termasuk lapisan batuan merah karbonan, dan berbagai batuan karbonat yang ditutupi oleh Kelompok Batu gamping New Guinea yang berumur Miosen. Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai 12.000 meter.

Pada Kala Oligosen terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua,yang merupakan akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur Eosen pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau berbutir halus, turbidit karbonan pada sisii benuamembentuk Jalur Metamorf Rouffae yang dikenal sebagai “Metamorf Dorewo”Akibat lebih lanjut tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan) LempengPasifik ke tas jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua.

Peristiwa tektonik penting kedua yang melibatkan Papua adalah OrogenesaMelanesia yang berawal dipertengahan Miosen yang diakibatkan oleh adanyatumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik.Hal ini mengakibatkandeformasi dan pengangkatan kuat batuan sedimen Karbon-Miosen (CT), dan membentuk Jalur Aktif Papua. Kelompok Batugamping New Guinea kini terletak  pada Pegunungan Tengah. Jalur ini dicirikan oleh sistem yang komplek dengan  kemiringan ke arah utara,sesar naik yang mengarah ke Selatan, lipatan kuat ataurebah dengan kemiringan sayap ke arah selatan Orogenesa Melanesia inidiperkirakan mencapai puncaknya pada Pliosen Tengah.

Dari pertengahan Miosen sampai Plistosen, cekungan molase berkembang baik ke Utara maupun Selatan. Erosi yang kuat dalam pembentukan pegununganmenghasilkan detritus yang diendapkan di cekungan-cekungan sehingga mencapaiketebalan 3.000 - 12.000 meter.Pemetaan Regional yang dilakukan oleh PT Freeport, menemukan paling tidak  pernah terjadi tiga fase magmatisme di daerah Pegunungan Tengah. Secara umum,umur magmatisme diperkirakan berkurang ke arah selatan dari utara dengan polayang dikenali oleh Davies (1990) di Papua Nugini.

Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik,diperkirakan berumur Oligosen dan terdapat dalam lingkungan Metamorfik Derewo. Fase kedua magmatisme berupa diorit berkomposisi alkalin terlokalisir dalam Kelompok Kembelangan pada sisi Selatan Patahan Orogenesa MelanesiaDerewo yang berumur Miosen Akhir sampai Miosen Awal. Magmatisme termudadan terpenting berupa instrusi dioritik sampai monzonitik yang dikontrol olehsuatu patahan yang aktif mulai Pliosen Tengah sampai kini. Batuan-Batuan intrusitersebut menerobos hingga mencapai Kelompok Batugamping New Guinea, dimanaendapan porphiri Cu-Au dapat terbentuk seperti Tembagapura dan OK Tedi diPapua Nugini.

Tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik yang terus berlangsunghingga sekarang menyebabkan deformasi batuan dalam cekungan molase tersebut.Menurut Smith (1990),sebagai akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik adalah terjadinya penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen danmineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak. Tempat -tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi diperkiraakan terdapat padalajur Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura (Erstberg,Grasberg , DOM, Mata Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa, Dawagu, Mogo Mogo Obano, Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom, Soba-Tagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga. Sementara didaerah Kepala Burung terdapat di Aisijur dan Kali Sute

  B.     Evolusi Tektonik Pulau Papua
      Teori tektonik lempeng merupakan teori yang dapat menjelaskan mengenai  pergerakan lempeng-lempeng di muka  bumi dan telah diterima umum sebagai teori yang valid dari sebuah teori geologi. Teori ini menjelaskan  bahwa di permukaan  bumi ini, terdapat 7 lempeng  besar dan lempeng-lempeng(lithosfer) kecil lainnya. Kesemuanya mempunyai  pergerakan aktif dan dinamik sebagai akibat kegiatan energi di inti  bumi. Tiap-tiap lempeng terdiri dari kerak  benua (continental crust) dan kerak samudera(oceanic crust), yang kesemuanya  bergerak relative terhadap sesamanya. Bagian selatan Pulau Papua merupakan tepi utara dari  benua  paling kuno,
yaitu Gondwanaland Termasuk dalam  bagian  benua ini adalah Benua Antartika, Benua Australia, India, Amerika Selatan, Selandia  baru, dan Kaledonia Baru.

Pembentukan Pulau Papua telah  banyak didiskusikan oleh  para ahli geologi dan mendapat  perhatian yang cukup  besar karena geologinya yang kompleks tersebut

Pada mulanya  pulau Papua merupakan dasar lautan Pasifik yang  paling dalam. Awal terpisahnya  benua yang mencakup Papua di dalamnya(Benua Australia) terjadi  pada masa Kretasius Tengah(kurang lebih 100  juta tahun yang lalu). Lempeng Benua India-Australia(atau  biasa disebut Lempeng Australia)  bergerak ke arah Utara keluar dari posisi kutubnya dan  bertubrukkan dengan Lempeng Samudra Pasifik yang  bergerak ke arah Barat.

Pulau Papua merupakan pulau yang terbentuk dari endapan ( sedimentation) dengan masa yang  panjang  pada tepi utara kraton Australia yang  pasif dimulai  pada Zaman Karbon sampai Tersier Akhir. Lingkungan  pengendapan  berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut dangkal, sampai laut dalam dan mengendapkan  batuan klastik kuarsa, termasuk  lapisan  batuan klastik karbonat, dan  berbagai  batuan karbonat yang ditutupi oleh Kelompok  Batugamping  New Guinea  berumur Miocen. Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai lebih dari 12.000 meter.

Selain itu, Papua  juga terbentuk berdasarkan  pertumbukan yang dihasilkan dari interaksi konvergen kedua lempeng yaitu Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia, dijelaskan  bahwa Lempeng Pasifik mengalami subduksi sehingga lempeng ini  berada di  bawah Lempeng Australia. Pada saat dimulainya gerakan ke utara dan rotasi dari  benua super ini, seluruh Papua dan Australia  bagian utara  berada di  bawah  permukaan laut. Bagian daratan  paling Utara  pada Lempeng India-Australia antara 90-100  juta tahun lalu  berada  pada 48 Lintang Selata yang merupakan titik pertemuan Lempeng India-Australia dan Pasifik. Ketika Lempeng India-Australia dan Lempeng Pasifik bertemu di sekitar 40  juta tahun lalu, Pulau Papua mulai muncul di  permukaan laut  pada sekitar 35 Lintang Selatan, dengan kata lain dapat dijelaskan  bahwa subduksi antara ke-2 lempeng tersebut telah menyebabkan endapan Benua Australia terangkat sehingga memunculkan Pulau Papua. Proses ini  berlanjut selama masa Pleistosen hingga Pulau Papua terbentuk seperti sekarang ini. Proses  pengangkatan ini  berdasarkan skala waktu geologi, kecepatannya adalah 2,5km  per  juta tahun.

Apabila dijabarkan  berdasarkan  periode-periodenya, maka aktivitas tektonik  penting yang menjadi cikal  bakal Papua saat ini terjadi melalui  beberapa tahap, yaitu:
1.      Pada Kala Oligosen terjadi  pergerakan tektonik besar  pertama di Papua,yang merupakan akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan  busur kepulauan  berumur Eosen  pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau  berbutir halus dan turbidit karbonat pada sisi  benua sehingga membentuk Jalur “Metamorf  Rouffae yang dikenal sebagai “Metamorf Dorewo". Akibat lebih lanjut dari aktivitas tektonik ini adalah terjadinya sekresi ( penciutan) Lempeng Pasifik ke atas  jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua.
2.      Peristiwa tektonik  penting kedua yang melibatkan Papua adalah Orogenesa Melanesia yang dimulai  pada  pertengahan Miosen yang diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi dan  pengangkatan kuat dari  batuan sedimen Karbon-Miosen(CT) dan membentuk  Jalur  Aktif Peristiwa tektonik  penting kedua yang melibatkan Papua adalah Orogenesa Melanesia yang dimulai  pada  pertengahan Miosen yang diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi dan  pengangkatan kuat dari batuan sedimen Karbon-Miosen(CT) dan membentuk Jalur Aktif
 


Gambar 2. Periode terbentuknya Pulau Papua

Proses konvergen antar lempeng juga mengakibatkan terbentuknya  pegunungan di Papua. Pegunungan tersebut adalah Pegunungan Jayawijaya yang memiliki Puncak Jaya sebagai  puncak tertinggi di Asia Tenggara dan Australia dengan ketinggian 4.884 mdpl. Pada  pegunungan ini ditemukan fosil hewan laut yang sekaligus merupakan  bukti  bahwa Papua dahulu merupakan dasar  lautan yang mengalami  pengangkatan. Puncak Wijaya mempunyai salju yang diyakini sebagai salju abadi.

Gambar 3. Puncak Wijaya yang memiliki salju abadi

Gambar 4. Garis  batas antara Lempeng Sunda dan Sahul

Berdasarkan  proses geologi yang terjadi  berpuluh-puluh  juta tahun tersebut, 3 ahli Geologi yaitu Wallace, Weber dan Lydekker  berusaha menarik garis  batas antara Lempeng Sahul dan Lempeng Sunda seperti terlihat  pada gambar di bawah ini:

  C.    Geologi Regional Papua
Peristiwa-peristiwa geologi di Papua telah  banyak diteliti dan dipelajari oleh  para ahli geologi. Pelopor  penelitian adalahVisser dan Hermes(1962), sejak itu  pulau ini menjadi  pusat perhatian  bagi  para ahli geologi, geofisika, maupun ahli eksplorasi.Para ilmuwan yang meneliti pulau ini umumnya  berpendapat  bahwa orogenesis( pengangkatan)  pada kala Oligosen adalah awal mulainya  proses tektonik  di Papua hingga terbentuk fisiografi yang terlihat  pada masa sekarang ini dan lazim dikenal sebagai Orogen Melanesia.Orogenesis ini menghasilkan 3 mandala geologi, sehingga Dow et al.(1986) membagi geologi Papua menjadi 3 lajur  berdasarkan stratigrafi, magmatik, dan tektoniknya, yaitu
1.      Kawasan Samudera Utara yang dicirikan oleh ofiolit dan  busur vulkanik kepulauan(Oceanic Province) sebagai  bagian dari Lempeng Pasifik.Batuan-batuan ofiolit  pada umumnya tersingkap di sayap utara Pengunungan Tengah Papua dan Papua  Nugini.
2.      Kawasan Samudera Utara yang dicirikan oleh ofiolit dan  busur vulkanik kepulauan(Oceanic Province) sebagai  bagian dari Lempeng Pasifik. Batuan-batuan ofiolit  pada umumnya tersingkap di sayap utara Pengunungan Tengah Papua dan Papua  Nugini.
3.      Lajur peralihan yang terdiri atas  batuan termalihkan(metamorf) dan terdeformasi sangat kuat secara regional. Lajur ini terletak  di tengah (central range) dan memisahkan kelompok  1 dengan kelompok 2 dengan  batas-batas sesar-sesar sungkup dan geser.

Dow et al.(2005),  juga menjelaskan ciri dominan dari  perkembangan geologi Papua merupakan transformasi antara sejarah tektonik dari  batuan mantap kraton Australia dan Lempeng Pasifik di satu sisi, dan  periode tektonik yang  berlanjut dari zona deformasi di sisi lainnya( New Guinea Mobile Belt). Dari  paparan di sepanjang tepi Utara dan dari eksplorasi  permukaan bawah( sub-surface) di sebelah Selatan, serta  pencatatan lengkap sejarah geologi hingga saat ini menunjukkan, bahwa  batuan dari kraton Australia  pada sebagian  besar wilayah ini dicirikan oleh sedimentasi  palung(shelf sedimentation). Hanya sebagian kecil yang dipengaruhi oleh  proses tektonik dari zaman Paleozoik Awal hingga Tersier Akhir. Batuan Lempeng Pasifik yang terpaparkan di Papua  berumur lebih muda. Terlepas dari  batuan mantel sesar naik yang kemungkinan  berumur Mesozoik dan  beberapa kerak Samudera Jurasik, Lempeng Pasifik ini terdiri atas volkanik  busur kepulauan dan subordinat kerak samudera  berumur  Palaeogen.

            Sedangkan  pembagian geologi Papua hanya  berdasarkan tektoniknya Davies et al.(1996) dalam  Evolution of the Papuan Basin dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 5. Pembagian geologi Papua menjadi 3  provinsi tektonik : SW atau  southwest cratonic zone, C atau central collisional zone atau zona tubrukan tengah  NE atau northeastern islands dan  jajaran yang terbentuk akibat aktivitas volkanik Cainozoic

  D.    Seting Tektonik Papua
Geologi di wilayah ini sangat kompleks karena kawasan ini terbentuk dari dua interaksi lempeng yaitu lempeng Australia dan lempeng pasifik sehingga menghasilkan bentukan yang khas. Dan periode pembentukannya lebih dikenal dengan Orogenesa Melanesia. Orogenesa ini mengakibatkan pola struktur irian jaya menjadi sangat rumit dan khas. Secara keseluruhan unsur ini diakibatkan oleh gaya pemampatan berarah barat daya-timur laut, searah dengan tumbukan Dow, drr (1984).

Ada dua bagian kerak utama yang terlibat di Irian Jaya yaitu kraton australia dan kerak pasifik. Yang pertama adalah mantap dan menjadi dasar bagian selatan, sedangkan yang kedua merupakan alas pantai utara (termasuk teluk cendarwasih, dow, drr, 1982)(gb.1). daerah badan burung merupakan jalur memanjang dari timur ke barat yang telah mengalami pelipatan. Jalur ini disebut sesar naik pegunungan tengah (JSNPT).

Seting tektonik Papua telah mendapatkan  banyak  perhatian dari  beberapa ahli geologi seperti Dow dkk(1985), Smith(1990) dan Mark Closs(1990). Ulasan dari ahli-ahli ini dapat dijadikan sebagai kerangka dalam menerangkan  posisi dan sejarah tektonik Papua. Konfigurasi tektonik Pulau Papua  pada saat ini  berada  pada  bagian tepi utara Lempeng Australia, yang  berkembang akibat adanya  pertemuan antara Lempeng Australia yang  bergerak ke utara dengan Lempeng Pasifik yang  bergerak ke  barat. Dua lempeng utama ini mempunyai sejarah evolusi yang diidentifikasi  berkaitan erat dengan  perkembangan  proses  magmatik dan  pembentukan  busur gunung api yang  berasoisasi dengan mineralisasi emas  phorpir dan emas epithermal.

Gambar 5.Seting Tektonik Papua

Keterangan:
MTFB= Mamberamo Thrust and Fold Belt
WO =Weyland Overthrust
WT=Waipona Trough
TAFZ =Tarera-Aiduna Fault Zone
RFZ = Ransiki Fault Zone
LFB=Lengguru Fault Belt
SFZ =Sorong Fault Zone
YFZ =Yapen Fault Zone
MO =Misool-Onin High
Tanda panah menunjukkan gerakan relatif antara Lempeng Pasifik dan Australia.

Zona deformasi yang  berada di sebelah Timur adalah  bagian dari  NewGuinea Mobile Belt (Sabuk Mobil  New Guinea) dan merupakan campuran dari  batuan kraton Australia dan Lempeng Pasifik. Walaupun  pencatatannya terpisah- pisah, terdapat  bukti  bahwa batuannya  berasal dari tektonik utama  pada episode Paleozoik Pertengahan dan Oligosen maupun episode beku dalam Paleozoik Pertengahan, Triasik, Kretasius, dan Miosen Pertengahan. Akan tetapi,sebaran  paling luas dari aktivitas tektonik dan volkanik dimulai  pada Miosen Akhir dan  berlanjut hingga sekarang ini yang disebut  Melanesian Orogeny(Dow and Sukamto, 1984)

Dari gambar di atas diketahui  bahwa wilayah Papua sangat  berpotensi terhadap terjadinya gempa tektonik maupun tsunami. Terdapat sejumlah lipatang ( folding) maupun sesar naik sebagai akibat dari interaksi konvergen lempeng-lempeng  bersangkutan, seperti Sesar Sorong, Sesar Ransiki, dan Sesar Lungguru. Fakta menunjukkan  bahwa akhir-akhir ini Papua kerap digoncang gempa,  bahkan  pada saat terjadi gempa dan tsunami yang menimpa Jepang  beberapa waktu lalu, Papua  juga ikut merasakan getaran gempa
a.   Periode Oligosen sampai Pertengahan Miosen (35-5 JT) 

Pada bagian belakang busur Lempeng kontinental Australia terjadi pemekaran yang mengontrol proses sedimentasi dari Kelompok Batugamping New Guinea selama Oligosen Awal Miosen dan pergerakan lempeng ke arah utara berlangsung cepat dan menerus.
Pada bagian tepi utara Lempeng Samudera Solomon terjadi aktivitas penunjaman, membentuk perkembangan Busur Melanesia pada bagian dasar kerak samudera selama periode 44 – 24 Juta Tahun yang lampau (JT). Kejadian ini seiring kedudukannya dengan komplek intrusi yang terjadi pada Oligosen Awal Miosen seperti yang terjadi di Kepatusan Bacan, Komplek Porphir West Delta Kali Sute di Kepala Burung Papua. Selanjutnya pada Pertengahan Miosen terjadi pembentukan ophiolit pada bagian tepi selatan Lempeng Samudera Solomon dan pada bagian utara dan Timur Laut Lempeng Australia. Kejadian ini membentuk Sabuk Ofiolit Papua dan pada bagian kepala Burung Papua diekspresikan oleh adanya Formasi Tamrau.
Pada Akhir Miosen terjadi aktivitas penunjaman pada Lempeng Samudera Solomon ke arah utara, membentuk Busur Melanesia dan ke arah selatan masuk ke lempeng Australia membentuk busur Kontinen Calc Alkali Moon Utawa dan busur Maramuni di New Guinea.
b.        Periode Miosen Akhir Sampai Plistosen (15 – 2 JTL) 
 
Mulai dari Miosen Tengah bagian tepi utara Lempeng Australia di New Guinea sangat dipengerahui oleh karakteristik penunjaman dari Lempeng Solomon. Pelelehan sebagian ini mengakibatkan pembentukan Busur Maramuni dan Moon-Utawa yang diperkirakan berusia 18 – 7 Juta Tahun. Busur Vulkanik Moon ini merupakan tempat terjadinya prospek emas sulfida ephitermal dan logam dasar seperti di daerah Apha dan Unigolf, sedangkan Maramuni di utara, Lempeng Samudera Solomon menunjam terus di bawah Busur Melanesia mengakibatkan adanya penciutan ukuran selama Miosen Akhir.
Pada 10 juta tahun yang lalu, pergerakan lempeng Australia terus berlanjut dan pengrusakan pada Lempeng Samudra Solomon terus berlangsung mengakibatkan tumbukan di perbatasan bagian utara dengan Busur Melanesia. Busur tersebut terdiri dari gundukan tebal busur kepulauan Gunung Api dan sedimen depan busur membentuk bagian Landasan Sayap Miosen seperti yang diekspresikan oleh Gunung Api Mandi di Blok Tosem dan Gunung Api Batanta dan Blok Arfak.
Kemiringan tumbukan ini mengakibatkan kenampakan berbentuk sutur antara Busur Melanesia dan bagian tepi utara Lempeng Australia yang diduduki oleh Busur Gunung Api Mandi dan Arfak terus berlangsung terus hingga 10 juta tahun yang lalu dan merupakan akhir dan penunjaman dan perkembangan dari busur Moon Utawa. Kenampakan seperti jahitan ditafsirkan dari bentukan tertutup dari barat ke timur mulai dari Sorong, Koor, Ransiki, Yapen, dan Ramu Zona Patahan Markam.

Pasca tumbukan gerakan mengiri searah kemiringan ditafsirkan terjadi sepanjang Sorong, Yapen, Bintuni dan Zona Patahan Aiduna, membentuk kerangka tektonik di daerah Kepala Burung. Hal ini diakibatkan oleh pergerakan mencukur dari kepala tepi utara dari Lempeng Australia. Kejadian yang berasosiasi dengan tumbukan busur Melanesia ini menggambarkan bahwa pada Akhir Miosen usia bagian barat lebih muda dibanding dengan bagian timur. Intensitas perubahan ke arah kemiringan tumbukan semakin bertambah ke arah timur. Akibat tumbukan tersebut memberikan perubahan yang sangat signifikan di bagian cekungan

paparan di bagian selatan dan mengarahkan mekanisme perkembangan Jalur Sesar Naik Papua. Zona Selatan tumbukan yang berasosiasi dengan sesar searah kemiringan konvergensi antara pergerakan ke utara lempeng Australia dan pergerakan ke barat lempeng Pasifik mengakibatkan terjadinya resultante NE-SW tekanan deformasi. Hal itu mengakibatkan pergerakan evolusi tektonik Papua cenderung ke arah Utara – Barat sampai sekarang.
Kejadian tektonik singkat yang penting adalah peristiwa pengangkatan yang diakibatkan oleh tumbukan dari busur kepulauan Melanesia. Hal ini digambarkan oleh irisan stratigrafi di bagian mulai dari batuan dasar yang ditutupi suatu sekuen dari bagian sisi utara Lempeng Australia yang membentuk Jalur Sesar Naik Papua. Bagian tepi utara dari jalur sesar naik ini dibatasi oleh batuan metamorf dan teras ophilite yang menandai kejadian pada Miosen Awal. Perbatasan bagian selatan dari sesar naik ini ditandai oleh adanya batuan dasar Precambrian yang terpotong di sepanjang jalur Sesar Naik. Jejak mineral apatit memberikan gambaran bahwa terjadi peristiwa pengangkatan dan peruntuhan secara cepat pada 4 – 3,5 juta tahun yang lalu (Weyland, 1993). Selama Pliosen (7 – 1 juta tahun yang lalu) Jalur lipatan papua dipengaruhi oleh tipe magma I suatu tipe magma yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali yang menjadi sumber mineralisasi Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Okeitadi.
Selama pliosen (3,5 – 2,5 JTL) intrusi pada zona tektonik dispersi di kepala burung terjadi pada bagian pemekaran sepanjang batas graben. Batas graben ini terbentuk sebagai respon dari peningkatan beban tektonik di bagian tepi utara lempeng Australia yang diakibatkan oleh adanya pelenturan dan pengangkatan dari bagian depan cekungan sedimen yang menutupi landasan dari Blok Kemum.
Menurut (Smith 1990), Sebagai akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik adalah terjadinya penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan mineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak. Tempat – tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi diperkiraakan terdapat pada lajur Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura (Erstberg, Grasberg , DOM, Mata Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa – Dawagu, Mogo-Mogo Obano, Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom, Soba-Tagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga.
Sementara itu dengan adanya busur kepulauan gunungapi (Awewa Volkanik Group) yang terdiri dari :Waigeo Island (F.Rumai) Batanta Island (F.Batanta), Utara Kepala Burung (Mandi & Arfak Volc), Yapen Island (Yapen Volc), Wayland Overhrust (Topo Volc), memungkinkan terdapatnya logam emas.


  E.     Stratigrafi Papua
Geologi Irian Jaya secara garis besar dibedakan ke dalam tiga kelompok batuan penyusan utama yaitu: (a) batuan kraton Australia; (b) batuan lempeng pasifik; dan (c) batuan campuran dari kedua lempeng. Litologi yang terakhir ini batuan bentukan dari orogenesa Melanesia. Batuan yang berasal dari kraton Australia terutama tersusun oleh batuan alas, batuan malihan berderajat rendah dan tinggi sebagian telah diintrusi oleh batuan granit di sebelah barat, batuan ini berumur palaezoikum akhir, secara selaras ditindih oleh sedimen paparan mesozoikum dan batuan sedimen yang lebih muda , batuan vulkanik dan batuan malihan hingga tersier akhir. (dow, drr,1985). Singkapan yang baik dan menerus dapat diamati sepanjang daerah batas tepi. Utara dan pegunungan tengah.

Batuan lempeng pasifik umumnya lebih muda dan tersusun terutama oleh batuan ultrabasa, tuf berbutir halus dan batuan sedimen laut dalam yang diduga berumur jura batuan mesozoikum lainnya yang berasal dari kerak samudera seperti batuan ultramafik (kompleks ofiolit) dan batuan plutonik berkomposisi mafik. Kelompok batuan ini tersungkupkan dan terakrasikan di atas kerak kontinen Australia karena bertumbukan dengan lempeng pasifik. Keadaan ini membentuk pola pegunungan kasar di daerah pegunungan tengah bagian utara. Jalur ofiolit membantang kearah timur barat sejauh 400 km dan lebih dari 50 km lebar (dow dan sukamto,1984, lihat stratigrafi.

Stratigrafi wilayah Papua terdiri atas:
1.      Paleozoic Basement (Pre-Kambium Paleozoicum)
Di daerah Badan Burung atau sekitar Pegunungan Tengah tersingkap Formasi Awigatoh sebagai  batuan tertua di Papua yang  berumur  pre-Kambium. Formasi ini  juga disebut Formasi  Nerewip oleh Parris(1994) di dalam lembar Peta Timika.Formasi ini terdiri dari  batuan metabasalt, metavulkanik dengan sebagian kecil  batugamping,  batu serpih dan  batu lempung. Formasi Awigatoh ini ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Kariem. Formasi Kariem sendiri tersusun oleh  perulangan  batupasir kuarsa  berbutir halus dengan  batu serpih dan  batu lempung. Umur formasi ini diperkirakan sekitar Awal Paleozoikum atau  pre-Kambrium yang didasarkan pada posisi stratigrafinya yang berada di bawah Formasi Modio yang berumum ilur Devon. Penentuan umur Formasi Modia dilakukan dengan metode fision track  dari mineral zirkon yaitu 650+ 6,3 juta tahun yang lalu (Quarles van Ufford,1996).

Didaerah Gunung Bijih Mining Access (GBMA) dijumpai singkapan Formasi Kariem yang ditutupi secara disconformable oleh Formasi Tuaba. Formasi Tuaba tersusun oleh batupasir kuarsa berlapis sedang dengan sisipan konglomerat dan batuserpih yang diperkirakan berumur Awal Paleozoikum atau pre-Kambrium.

Selanjutnya di atas Formasi Tuaba dijumpai Formasi Modio yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian bawah Anggota A  yang didominasi oleh batuan karbonat yaitu stromatolitik dolostone berlapis baik. Sedangkan dibagian atasnya ditempati oleh Anggota B yang terdiri dari batupasir berbutir halus dengan internal struktur seperti planar dan silang siur, serta laminasi sejajar. Umur formasi ini ditentukan berdasarkan kandungan koral dan fission track yang menghasilkan Silur-Devon. Kontak formasi ini dengan Formasi Aiduna yang terletak di atasnya ditafsirkan sebagai kantak  disconformable (Ufford, 1996).

Formasi Aiduna dicirikan oleh batuan silisiklastik berlapis baik dengan sisipan batubara, dan ditafsirkan sebagai endapan fluvial sampai lingkungan delta, dan secara stratigrafi formasi ini ditindih secara selaras oleh Formasi Tipuma. Umur formasi ini ditentukan berdasarkan kandungan fosil brachiopoda yaitu Perm.

Di daerah Kepala Burung atau Salawati-Bintuni, batuan dasar yang berumur Paleozoikum terutama tersingkap di sebelah timur kepala Burung yang dikenal sebagai Tinggian Kemum, serta disekitar Gunung Bijih Mining Access (GBMA) yaitu di sebelah barat daya Pegunungan Tengah. Batuan dasar tersebut disebut Formasi Kemum yang tersusun oleh batusabak, filit dan kuarsit. Formasi ini di sekitar Kepala Burung dintrusi oleh bitit Granit yang berumur Karbon yang disebut sebagai Anggi Granit pada Trias. Oleh sebab itu Formasi Kemum ditafsirkan terbentuk pada sekitar Devon sampai Awal Karbon (Pigram dkk, 1982).

Selanjutnya Formasi Kemum ditindih secara tidak selaras oleh Group Aifam. Di sekitar Kepala Burung group ini dibagi menjadi 3 Formasi yaitu Formasi Aimau, Aifat dan Ainim. Group ini terdiri dari suatu seri batuan sedimen yang taktermalihkan dan terbentuk di lingkungan laut dangkal sampai fluvio-delataik. Satuan ini di daerah Bintuni ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi Tipuma yang berumur Trias (Bintoro & Luthfi, 1999).

2.      Sedimentasi Mesozoikum hingga Senosoik
a)      Formasi Tipuma
Formasi Tipuma tersebar luas di Papua, mulai dari Papua Barat hingga dekat  perbatasan di sebelah Timur. Formasi ini dicirikan oleh  batuan  berwarna merah terang dengan sedikit  bercak hijau muda. Formasi ini terdiri dari  batu lempung dan batupasir kasar sampai halus yang  berwarna abu-abu kehijauan dengan ketebalan sekitar 550 meter. Umur formasi ini diperkirakan sekitar Trias Tengah sampai Atas dan diendapkan di lingkungan supratidal.

b)      Formasi Kelompok Kembelangan
Kelompok ini diketahui terbentang mulai dari Papua Barat hingga  Arafura Platform. Bagian atas dari kelompok ini disebut  formasi Jass. Kelompok  Kembelangan terdiri atas lapis batu debu dan  batu lumpur karboniferus  pada lapisan  bawah  batu pasir kuarsa glaukonitik  butiran-halus serta sedikit shale pada lapisan atas. Kelompok ini  berhubungan dengan formasi Waripi dari kelompok Batuan Gamping  New Guinea atau New GuineaLimestone Group( NGLG).
c)      Formasi Batu Gamping  New Guinea
Selama masa Cenozoik, kurang lebih  pada  batas Cretaceous dan Cenozoik, Pulau  New Guinea dicirikan oleh  pengendapan(deposisi) karbonat yang dikenal sebagai Kelompok Batu Gamping  New Guinea( NGLG). Kelompok ini  berada di atas Kelompok Kembelangan dan terdiri atas empat formasi, yaitu(1). Formasi Waripi Paleosen hingga Eosen;(2). Formasi Fumai Eosen;(3) Formasi Sirga Eosin Awal;(3). Formasi Imskin; dan(4). Formasi Kais Miosen Pertengahan hingga Oligosen.

3.      Sedimentasi Senosoik Akhir
            Sedimentasi Senosoik Akhir dalam  basement kontinental Australia dicirikan oleh sekuensi silisiklastik yang tebalnya berkilometer,  berada di atas strata karbonat Miosen Pertengahan. Di Papua dikenal 3(tiga) formasi utama, dua di antaranya dijumpai di Papua Barat, yaitu formasi Klasaman dan Steenkool. Formasi Klasaman dan Steenkool  berturut-turut dijumpai di Cekungan Salawati dan Bintuni.

4.      Kenozoikum
Grup Batu gamping New Guinea, Grup ini dibagi menjadi 4 formasi dari tua ke muada adalah sebagai berikut : Formasi Waripi, Formasi Faumai, Formasi Sirga dan Formasi Kais.

Formasi Waripi terutama tersusun oleh karbonat dolomitik, dan batupsir kuarsa diendapkan di lingkungan laut dangkal yang berumur Paleosen sampai Eosen. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Faumai secara selaras dan terdiri dari batugamping berlapis tebal (sampai 15 meter) yang kaya fosil foraminifera, batugamping lanauan dan perlapisan batupasir kuarasa dengan ketebalan sampai 5 meter, tebal seluruh formasi ini sekitar 500 meter.

Formasi Faumai terletak secara selaras di atas Formasi Waripi yang juga merupakan sedimen yang diendapkan di lingkungan laut dangkal. Formasi ini terdiri dari batuan karbonat berbutir halus atau kalsilutit dan kaya akan fosil foraminifera (miliolid) yang menunjukkan umur Eosen.
`Formasi sirga dijumpai terletak secara selaras di atas Formasi Faumai, terdiri dari batupasir kuarsa berbutir kasar sampai sedang mengnadung fosil foraminifera, dan batuserpih yang setempat kerikilan. Formasi Sirga ditafsirkan sebagai endapan fluvial sampai laut dangkal dan berumur Oligosen Awal.

Formasi Kais terletak secara selaras di atas Formasi Sirga. Formasi Kais terutama tersusun oleh batugamping yang kaya foraminifera yang berselingan dengan lanau, batuserpih karbonatan dan batubara. Umur formasi ini berkisar antara Awal Miosen sampai Pertengahan Miosen dengan ketebalan sekitar 400 sampai 500 meter.

5.      Miosen sampai Recent.
Pada Miosen sampai recent, di Papua dijumpai adanya 3 formasi yang dikenal sebagai Formasi Klasaman, Steenkool dan Buru yang hampir seumur dan mempunyai kesamaan litologi, yaitu batuan silisiklastik dengan ketebalan sekitar 1000 meter. Ketiga formasi tersebut di atas mempunyai hubungan menjari, Namun Formasi Buru yang dijumpai di daerah Badan Bururng pada bagian bawahnya menjemari dengan Formasi Klasafat. Formasi Klasafat yang berumur Mio-Pliosen dan terdiri dari batupasir lempungan dan batulanau secara selaras ditindih oleh Formasi Klasaman dan Steenkool.

Endapan aluvial dijumpai terutama di sekitar sungai besar sebagai endapan bajir, terutama terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan lempung dari rombakan batuan yang lebih tua.

6.      Stratigrafi Lempeng Pasifik
Pada umumnya  batuan Lempeng Pasifik terdiri atas  batuan asal  penutup (mantle derived rock), island-arc volcanis dan sedimen laut dangkal. Di Papua,  batuan asal  penutup  banyak dijumpai luas sepanjang sabuk Ophiolite Papua, Pegunungan Cycloop, Pulau Waigeo, Utara Pegunungan Gauttier dan sepanjang zona sesar Sorong dan Yapen  pada umumnya terbentuk oleh  batuan ultramafik,  plutonil  basik, dan mutu-tinggi metamorfik. Sedimen dalam Lempeng Pasifik dicirikan  pula oleh karbonat laut-dangkal yang  berasal dari  pulau-arc. Satuan ini disebut Formasi Hollandia dan tersebar luas di Waigeo, Biak, Pulau Yapen dan Pegunungan Cycloop. Umur kelompok ini  berkisar dari Miosen Awal hingga Pliosen

7.      Stratigrafi Zona Transisi
Konvergensi antara lempeng Australia dan Pasifik menghasilkan  batuan dalam zona deformasi. Kelompok  batuan ini diklasifikasikan sebagai zona transisi atau  peralihan, yang terutama terdiri atas  batuan metamorfik. Batuan metamorfik ini membentuk sabuk kontinyu(>1000 km) dari Papua hingga Papua New Guinea

  F.     Mendala Struktur Daerah Irian Jaya
a. Irian jaya bagian timur
  1)      Jalur Sesar Naik New Guinea (JSNNG)(JSNNG)
Jalur Sesar Naik New Guinea merupakan jalur lasak irian (jalasir) yang sangat luas, terutama di daerah tengah-selatan badan burung. Jalur ini melintasi seluruh zona yang ada di daerah sebelah timur New Guinea yang menerus kearah barat dan dikenal sebagai jalur sesar naik pegunungan tengah (JSNPT). Zona JSNNG-JSNPT merupakan zona interaksi antara lempeng Australia dan pasifik. Lebih dari setengah bagian selatan New guinea ini dialasi oleh batuan yang tak terdeformasikan dari kerak benua. Zone JSNPT, di utara dibatasi oleh sesar yapen, sesar sungkup mamberamo. Batas tepi barat oleh sesar benawi torricelli dan di selatan oleh sesar naik foreland. Sesar terakhir yang membatasi JSSNG ini diduga aktif sebelum orogen melanesia.

  2)      Jalur sesar naik pegunungan tengah (JSNPT)
JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan panjang 100 km, menempati daerah pegunungan tengah Irian Jaya. Batuannnya dicirikan oleh kerak benua yang terdeformasikan sangat kuat. Sesar sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur perm, batuan penutup berumur mesozoikum dan batuan sedimen laut dangkal yang berumur tersier awal ke arah selatan. Di beberapa tempat kelompok batuan ini terlipat kuat. Satuan litologi yang paling dominan di JSNPT ialah batu gamping new guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m.
Sesar sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya pemampatan yang sangat intensif dan kuat dengan komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini juga menghasilkan beberapa jenis antiklin dengan kemiringan curam bahkan sampai mengalami pembalikan (overtuning). Proses ini juga menghasilkan sesar balik yang bersudut lebar (reserve fault). Penebalan batuan kerak yang diduga terbentuk pada awal pliosen ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT. Periode ini juga menandai kerak yang bergerak ke arah utara.membentuk sesar sungkup. Mamberamo (the mamberamo thrust belt) dan mengawali alih tempat gautier (the gautier offset).
  3)      Jalur sesar naik Mamberamo
Jalur sesar ini memanjang 100 km ke arah selatan dan terdiri dari sesar anak dan sesar geser (shear) sehingga menyesarkan batuan plioesten formasi mamberamo dan batuan kerak pasifik yang ada di bawahnya. (gb. 3). William, drr (1984) mengenali daerah luas dengan pola struktur tak teratur. Di sepanjang jalur sesar sungkup dijumpai intrusi poton-poton batuan serpih (shale diapirs) dengan radius seluas 50 km, hal ini menandakan zona lemah (sesar). Poton-poton lumpur ini biasanya mempunyai garis tengah beberapa kilometer, umumnya terdiri dari lempung terkersikkan dan komponen batuan tak terpilahkan dengan besar ukuran fragmen beberapa milimeter hingga ratusan meter. Sekarang poton lumpur ini masih aktif dan membentuk teras-teras sungai.


b. Irian jaya barat
1.      Zona sesar sorong
Batas lempeng pasifik yang terdapat di Irian Jaya barat berupa sesar mengiri yang dikenal dengan sistem sesar Sorong-Yapen (gambar). Zona sesar ini lebarnya 15 km dengan pergeseran diperkirakan mencapai 500 km (dow, drr.,1985). Sesar ini dicirikan oleh potongan-potongan sesar yang tidak teratur, dan dijumpai adanya bongkahan beberapa jenis litologi yang setempat dikenali sebagai batuan bancuh. Zone sesar ini di sebelah selatan dibatasi oleh kerak kontinen tinggian kemum dan sedimen cekungan selawati yang juga menindih kerak di bagian barat. Di utara sesar geser ini ditutupi oleh laut, tetapi di pantai utara menunjukkan harga anomali positif tinggi.

Hal ini menandakan bahwa dasar laut ini dibentuk oleh batuan kerak samudera. lima kilometer kearah barat daya batuan kerak pasifik tersingkap di pulau Batanta, terdiri dari lava bawah laut dan batuan gunung api busur kepulauan.

Perederan beberapa ratus kilometer dari zona sesar Sorong-Yapen pertama kali dikenal oleh Visser Hermes (1962). Adalah sesar mengiri dan berlangsung sejak Miosen Tengah. Kejadian ini didukung oleh bergesernya anggota batu serpih formasi Tamrau berumur Jura-Kapur yang telah terseret sejauh 260 km dari tempat semula yang ada disebelah timurnya (lihat pergeseran sesar Wandamen dibagian Timur) dan hadirnya blok batuan vulkanik alih tempat (allochtonous) yang berumur Miosen Tengah sejauh 140 km di daerah batas barat laut Pulau Salawati (Visser & Hermes, 1962)

2.      Zona Sesar Wandamen
Sesar Wandamen (Dow,1984) merupakan kelanjutan dari belokan Sesar Ransiki ke Utara dan membentuk batas tepi timur laut daerah kepala burung memanjang ke Barat daya pantai sasera, dan dari zona kompleks sesar yang sajajar dengan leher burung. Geologi daerah Zona Sesar Wandamen terdiri dari batuan alas berumur Paleozoikum Awal, batuan penutup paparan dan batuan sediment yang berasal dari lereng benua. Kelompok ini dipisahkan oleh zona dislokasi dengan lebar sampai ratusan kilometer, terdiri dari sesar-sesar sangat curam dan zona perlipatan isoklinal.

Perubahan zona arah sesar Wandamen dari Tenggara ke Timur di tandai bergabungnya sesar-sesar tersebut dengan sesar Sungkup Weyland. Timbulnya alih tempat (allochtonous) yang tidak luas tersusun oleh batuan sedimen mezozoic. Diatas satuan ini diendapkan kelompok batu gamping New Guenia. Jalur sesar Wandamen dan Sesar Sungkup lainya di zona ini merupakan bagian dari barat laut JSNPT.

3.      Jalur Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt)
Jalur Lipatan lengguru (JLL) adalah merupakan daerah bertopografi relative rendah jarang yang mencapai ketinggian 1000 m di atas muka laut. Daerah ini dicirikan oleh pegunungan dengan jurus yang memenjang hingga mencapai 50 km, batuanya tersusun oleh batu gamping New Guenia yang resistan. Jalur lipatan ini menempati daerah segitiga leher burung dengan panjang 3000 km dan lebar 100 km dibagian paling selatan dan lebar 30 km dibagian utara. Termasuk di daerah ini adalah batuan paparan sediment klastik Mesozoikum yang secara selaras ditindih oleh batu gamping New Guenia (Kapur awal miosen). Batuan penutup ini telah mengalami penutupan dan tersesar kuat. Pengerutan atau lebih dikenal dengan thin skin deformation berarah barat laut dan hampir searah dengan posisi leher burung. Intensitas perlipatan tersebut cenderung melemah kea rah utara zona perlipatan dan meningkat kearah timur laut yang berbatasan dengan zona
4.      Sesar Wandemen (Dow, drr.,1984)
JLL adalah thin slab kerak benua yang telah tersungkup-sungkup kan kearah barat daya diatas kerak benua Kepala Burung (Subduksi menyusut = oblique subduction). Jalur ini telah mengalami rotasi searah jarum jam (antara 75-80). Porsi bagian tengah dari JLL ini terlipat kuat sehingga menimbulkan pengerutan. Dow drr (1985) menyarankan pengkerutan kerak (crustal shortening) ini sebesar 40-60 km. diperkirakan proses pemendekan tersebut masih berlangsung hingga sekarang. Jalur JLL di sebelah timur dibatasi oleh Sesar Wandamen di selatan oleh sesar Tarera Aiduna dan dibagian barat oleh sesaar aguni. Hal ini dapat menutup kemungkinan bahwa jalur JLL merupakan perangkap hidrokarbon jenis struktur yang melibatkan batuan alas akibat gaya berat memampat.

G.    Geomorfologi Irian Jaya
Secara astronomis, irian terletak antara 00 19’ – 100 43’ LS dan 1300 45’ 1500 48’ BT, mempunyai panjang 2400 km dan lebar 660 km. secara administratif pulau ini terdiri dari papua sebagai wilayah RI dan papua Nugini yang terlatak di bagian timur. Fisiografi papua dibedakan menjadi tiga bagian:
1.      Semenanjung barat atau kepala burung yang dihubungkan oleh leher yang sempit terhadap pulau utama (1300 – 1350 BT)
2.      Pulau utama atau tubuh (1350 – 143,50 BT)
3.      Bagian timur termasuk ekor (143,50 – 1510 BT)

Di sebelah utara papua terdapat bagian Samudra Pasifik yang dalamnya 4000m, dibatasi oleh kepulauan Carolina di sebelah utara. Pulau-pulau karang yang muncul terjal dari dasar samudra itu (Mapia di sebelah utara Manokwari) menunjukkan bahwa bagian samudra ini merupakan block kontinen yang tenggelam. Block kontinen yang tenggelam di sebelah utara Papua ini dianggap sebagai tanah batas “Melanesia”. Kearah selatan, Dangkalan Sahul (laut Arafura) dan selat torres menghubungkan Papua dengan Australia.

  A.    Kepala burung dan Leher
Sejajar dengan pantai utara Kepala burung terjadi rangkaian pegunungan yang membujur timur-barat antara Salawati dan Manokwari. Ini terbagi oleh utara dan selatan oleh sebuah depresi memanjang. Rangkaian utara tersusun dari batuan volkanis neogen dan kuarter yang diduga masih aktif atau volkan Umsini pada tingkat solfatar. Rangkaian selatan terdiri dari sediment tertier bawah dan per-tertier yang terlipat kuat. Arahnya timur-barat, kemudian melengkung ke selatan sampai pegunungan lima. Bagian utara kepala burung dipisahkan terhadap bagian selatan (Bombarai) oleh teluk Macculer yang luas tetapi dangkal, karena sedimentasi yang besar dan di tandai dangkalan yang berisi pulau-pulau, parit-parit, dan bukit-bukit yang terpisah-pisah.

  B.     Batang atau Daratan Utama
Bagian utara pulau ini menunjukkan zone-zone yang arahnya barat laut-tenggara yang sejajar atau sama lain. Selanjutnya berupa zone memanjang dari tanah rendah dan bukit-bukit, yaitu depresi memberamo-bewani yang sebagian jalin-menjalin dengan jalaur pantai utara daratan utama. Depresi tersebut membujur dari pantai timur teluk geelvink di sepanjang danau rambebai dan sentani sapai ke pantai finch dengan aitape. Disebelah selatan depresi ini terdapat rangkaian pegunungan kompleks yang disebut rangkaiana pembagi utara. Rangkaian pembagi utara ini merupakan deretan pegunungan dan pegunungan antara teluk geelvink di bagian barat dan muara sungai sepik di bagian timur. Dibagian barat terdapat puncak dom (1340 m), ke arah timur pegunungan van rees, yang secara melintang terpotong oleh sungai mamberamo, yang di ikiuti oleh pegunungan gauttier (>1000 m), pegunungan poya, karamoor, dan bongo. Di sebelah selatan pegunungan Cyclops terdapat sebuah sumbu depresi.
  C.     Bagian timur (“ekor”) Papua
Mulai 143,50 BT garis-garis arah umum fisiografinya menjadi barat laut-tenggara. Bagian timur menujukkan beberapa bentang alam yang berbeda dengan daratan utama. Di antara rangkaian timur laut dan rangkaian tengah, terbentang sebuah depresi, ditandai oleh lembah-lembah Ramu dan Markham. Ke arah timur zone ini melintas sampai teluk Huon. Rangkaian tengah, dimana rangkaian victoe emanuel merupakan bagian yang relatif sempit dari sistem pegunungan lengan papua. Perbedaan antara rangkaian tengah di bagian barat daratan utama pada satu pihak dan bagian timur serta ekor di pihak lain adalah dibentuk oleh perluasan volkanisme tertier dan kuarter di bagian timur tersebut. Pada tepi utara geantiklinal terdapat unsur volkan lain, seperti gunung lamington, Trafalgar, victory goropu, dan gunung dayman. Jalur volkanis membujur ini membujur sejajar sampai ke ujung tenggara ekor papua. Jalur tersebut merupakan zone dalam yang volkanis dari sistem orogen, sedangkan zone luar yang tidak volkanis merupakan pulau-pulau trobriand dan eoodlark, terletak sampai di sebelah utaranya.
  H.    I K L I M
Keadaan iklim di Papua sangat dipengaruhi oleh topografi daerah. Pada saat musim panas di dataran Asia (bulan Maret dan Oktober) Australia mengalami musim dingin, sehingga terjadi tekanan udara dari daerah yang tinggi (Australia) ke daerah yang rendah (Asia) melintasi pulau Papua sehingga terjadi musim kering terutama Papua bagian selatan (Merauke).Sedikitnya pada saat angin berhembus dari Asia ke Australia (bulan Oktober dan Maret) membawa uap air yang menyebabkan musim hujan, terutama Papua bagian utara, dibagian selatan tidak mendapat banyak hujan karena banyak tertampung di bagian utara.Keadaan iklim Papua termasuk iklim tropis, dengan keadaan curah hujan sangat bervariasi terpengaruh oleh lingkungan alam sekitarnya.Curah hujan bervariasi secara lokal, mulai dari 1.500 mm sampai dengan 7.500 mm setahun. Curah hujan di bagian utara dan tengah rata-rata 2000 mm per tahun (hujan sepanjang tahun). cuaca hujan di bagian selatan kurang dari 2000 mm per tahun dengan bulan kering rata-rata 7 (tujuh) bulan.Jumlah hari-hari hujan per tahun rata-rata untuk Jayapura 160, Biak 215, Enarotali 250, Manokwari 140 dan Merauke 100.
  I.       KEADAAN TANAH
Luas daerah Papua ± 410.660 Km2, tetapi tanah yang baru dimanfaatkan ± 100.000 Ha. Tanahnya berasal dari batuan Sedimen yang kaya Mineral, kapur dan kwarsa. Permukaan tanahnya berbentuk lereng, tebing sehingga sering terjadi erosi. Sesuai penelitian tanah di Papua diklasifikasikan ke dalam 10 (sepuluh) jenis tanah utama, yaitu (1) tanah organosol terdapat di pantai utara dan selatan, (2) tanah alluvia juga terdapat di pantai utara dan selatan, dataran pantai, dataran danau, depresi ataupun jalur sungai, (3) tanah litosol terdapat di pegunungan Jayawijaya, (4) tanah hidromorf kelabu terdapat di dataran Merauke, (5) tanah Resina terdapat di hampir seluruh dataran Papua, (6) tanah medeteren merah kuning, (7) tanah latosol terdapat diseluruh dataran Papua terutama zone utara, (8) tanah podsolik merah kuning, (9) tanah podsolik merah kelabu dan (10) tanah podsol terdapat di daerah pegunungan Tanah yang potensial untuk tanah pertanian antara lain (a) tanah rawa pasang surut luasnya ± 76.553 Km2, (b) tanah kering luasnya ± 58.625 Km2.
  J.      PENDUDUK
Penduduk asli  yang mendiami pulau Papua sebagian besar termasuk ras suku Melanesian, karena ciri-ciri seperti warna kulit, rambut, warna rambut yang sama dengan penduduk asli di bagian utara, tengah dan selatan yang memiliki ciri-ciri tersebut.Di bagian barat (Sorong dan Fak Fak) penduduk di daerah pantai mempunyai ciri yang sama dengan penduduk di kepulauan Maluku, sedangkan penduduk asli di pedalaman mempunyai persamaan dengan penduduk asli di bagian tengah dan selatan.Selain penduduk asli di Papua terdapat juga penduduk yang berasal dari daerah-daerah lainnya seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku: yang berada di Papua sebagai Pegawai Negeri, ABRI, Pengusaha, Pedagang, Transmigrasi dan sebagainya, bahkan juga ada yang dari luar Indonesia, misalnya Amerika, Perancis, Jerman dan lain-lain yang berada di Papua sebagai Missionaris dan Turis.

  K.    FLORA
Dari seluruh daerah Papua ± 75% tanah daratanya ditumbuhi oleh hutan-hutan tropis yang tebal serta mengandung ragam jenis kayu yang terbesar secara heterogen. Sebagian besar dari hutan tersebut sesuai topografi daerah belum pernah dijamah oleh manusia. Jenis flora di Papua ada persamaan dengan jenis flora di benua Australia. Adapun jenis flora yang terdapat di Papua adalah Auranlaris, librocolnus, grevillea, ebny-dium dan lain-lain.sekitar 31 Juta ha di Papua penata gunanya belum ditetapkan secara pasti Hutan lindung diperkirakan seluas ± 12.750.000 ha. Hutan produksi diperkirakan ± 12.858.000 ha. Areal pengawetan dan perlindungan diperkirakan ± 5.000.000 ha. Daerah Inclove diperkirakan ± 114.000 ha, daerah rawa-rawa dan lain-lain diperkirakan ± 2478.000 ha.Di Papua terdapat flora alam yang pada saat ini sedang dalam pengembangan baik secara nasional maupun internasional yaitu sejenis anggrek yang termasuk di dalam Farmika Orctdacede yang langka di dunia.Anggrek alam Papua tumbuhnya terbesar dari pantai lautan rawa sampai ke pegunungan. Umumnya hidup sebagai epihite menembel pada pohon-pohon maupun di atas batu-batuan serta di atas tanah, humus di bawah hutan primer.

  L.     FAUNA
Seperti halnya dengan flora, keadaan di Papua pun bermacam-macam dalam dunia hewan misalnya, jenis yang terdapat di Papua tidak sama dengan jenis hewan di daerah-daerah di Indonesia lainnya seperti Kangguru, kasuari, Mambruk dan lalin-lain. Demikian pula sebaliknya jenis hewan tertentu yang terdapat di Indonesia lainnya tidak terdapat di Papua seperti Gajah, Harimau, Orang Utan dan lain-lain.Fauna di Papua terdapat persamaan dengan fauna di Australia, misalnya Kangguru, Kus-kus dan lain-lain.Burung Cendrawasih merupakan burung yang cantik di dunia dan hanya terdapat di Papua. Selain burung Cendrawasih terdapat jenis burung lainnya seperti Mambruk, Kasuari, Kakauta dan lain-lain yang memberikan corak tersendiri untuk keindahan daerah ini.Hewan-hewan yang langka dan dilindungi adalah burung Kakatua Putih, Kakatua Hitam, Kasuari, Nuri, Mambruk dan lain-lain yang termasuk burung Cendrawasih Jenis fauna laut Papua juga banyak dan beraneka ragam, misalnya ikan Cakalang, ikan Hiu, Udang dan sejenis ikan lainnya.

  M.   PENGEMBANGAN WILAYAH IRIAN JAYA
Provinsi Papua memiliki kondisi topografi yang sangat bervariasi dari daerah datar hingga daerah sangat curam. Sebagian besar wilayah Papua termasuk daerah datar dengan kisaran kemiringan lahan 0 - 8% mencapai luasan ± 16,3 juta hektar (38,6%) dan diikuti dengan kemiringan lahan 15 – 25% seluas ± 15,0 juta hektar (35,5%). Sedangkan 5,9% dari luas wilayah Papua adalah daerah agak curam.

Wilayah yang didominasi daerah datar antara lain adalah Kabupaten Merauke dan Kabupaten Mimika. Wilayah tersebut cukup cocok untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan, serta penggunaan lahan lainnya yang memerlukan persyaratan topografi datar. Sedangkan daerah pegunungan terutama didominasi oleh Kabupaten Jayawijaya, kemudian Kabupaten Jayapura, Nabire, Paniai dan Kabupaten Puncak Jaya. Daerah dengan topografi curam hinggan sangat curam ini akan berdampak pada alokasi penggunaan lahan, dimana kondisi tersebut tidak cocok dimanfaatkan untuk budidaya pertanian.

kondisi fisiografi pulau papua untuk pengembangan wilayah
Papua merupakan pulau yang kaya akan hutan, luas lahannya sebagian besar wilayanhnya merupakan hutan yang belum dimanfaatkan secara optimal, potensi yang dapat dikembangkan di daerah ini meliputi berbagai kegiatan seperti kehutanan, pengembangan perkebunan, peternakan, perikanan darat dan laut, dan pertambangan. Potensi sumbar daya mineral dan energi di papua antara lain:manyak bumi, emas, tembaga, batubara, dan sejumlah mineral lainnya. Papua menjadi pengeksport konsentrat terbesar. Salah satu perusahaan yang terkenal adalah PT. Freeport di kabupaten Tinamika

Teluk Cendrawasih merupakan kawasan andalan dikarenakan letaknya yang strategis, infrastruktur yang memadai, dan potensi SDA yang kaya serta merupakan pintu gerbang sebelah timur Indonesia. Perlu diketahui sebelumnya bahwa terdapat dua pusat pertumbuhan di pulau ini. Yang mana keduanya terpisah oleh pegunungan Jayawijaya. Kedua pusat tersebut adalah Biak di sebelah Utara sebagai inti kawasan andalan Teluk Cendrawasih, dan Tinamika di sebelah Selatan sebagai pusat pertumbuhannya.

Kabupaten Biak Numfor dicanangkan sebagai pusat pertumbuhan untuk sector industri dan pariwisata. Kabupaten ini memiliki potensi wisata yang beragam, pusat wisata alam (habitat flora dan fauna) khususnya keindahan laut, taman laut insubabi, cagar alam pulau Supiori dan pulau Numfort serta air panas di sunber air biru. Untuk sector industri di wilayah ini, direncanakan pengembangan kawasan industri atau Eksport Processing Zone (ERZ) yang study kelayakannya sudah rampung. Sektor kehutanan yang terletak di Kabupaten Yapen Waropen berkembang dengan baik karena hutannya masih luas sekitar 1.950.500 ha terdapat hutan produksi terbatas seluas 264.493 ha, dan hutan konversi 522.310 ha. Sisanya berupa hutan lindung seluas 503.343 ha, hutan PPA 65000 han dan huta lainhhya 7.806 ha.

Kabupaten Manokwari memilii enam cagar alam dan tiga swaka margasatwa. Selain potensi walayah tersebut terdapat sector pertambangan, kehutanan, dan pertanian (tanaman pangan dan perkebunan). Potensi pertambangan yang menonjol adalah minyak bumi di Bintuni; uranium dan granit di Anggi dan Ransiki; mika di Wasior; dan timah putih di Rasinki.

Pengembangan wilayah di Papua juga dapat ditinjau dari beberapa faktor diantaranya:
a. Faktor Sumber Daya Wilayah
            Sumberdaya wilayah yang dimaksud adalah sumberdaya lahan yang terkait dengan fisik wilayah. Kiat manajemen atau pengelolaan yang berimbang dan berkelanjutan merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam peningkatan produktivitasnya. Keberhasilan pengelolaan dengan berpijak pada kaidah kelestarian lingkungan dan berkelanjutan akan dapat menjamin terhadap meningkatnya masukan daerah yang telah lama dieksploitasi dengan tanpa mempertimbangkan kelestarian secara optimal. Sebagaimana diketahui bersama bahwa keaaan daerah saat ini telah mengalani banyak perubahan sebagai akibat kurangnya pelibatan dan pemberdayaan masayarakat dalam melakukan pengambangan di wilayah yang bersangkutan, sehingga dalam mengantisipasi terhadap pengaruh negative berkepanjangan maka perlu segera diupayakan adanya sinkronisasi dan peningkatan hubungan koordinasi dan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat, serta daerah dan pusat dalam rangka peningkatan potensi di wilayah yang bersangkutan.

b. Faktor Sumberdaya Manusia
Manusia adalah kunci keberhasilan pembangunan. Sumberdaya manusia merupakan kunci sukses dalam setiap pelaksanaan pembangunan baik dalam skala kecil, menengah, maupun sedang. Dalam rangka peningkatan keberhasilan pelaksanaan pembangunan tersebut maka diperlukan kualitas sumberdaya manusia yang memadai. Peningkat kualitas yang dibarengi oleh peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang berkualitas di tingkat regional untuk masa-masa sekarang dan yang akan datang perlu dilakukan dan perlu memperoleh perhatian yang serius dalan penanganannya sehingga potensinya dapat dimanfaatkan secara baik dan benar. Pembangunan regional bukanlah membangun fisik daerah semata-mata melainkan inti pembangunan daerah adalah membangun sumberdaya manusia. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya, aspek pemberdayaan masyarakat perlu mendapatkan perhatian yang serius. Dalam rangka ini pula, diwajibkan kepada daerah untuk mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi pengembangan suberdaya manusia dan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu memberikan dukungan terhadap dilaksanakannya paradigma pembangunan berkelanjutan dan mampu membangun daerah berdasarkan aspirasi daerah yang bersangkutan.
c. Faktor Kedudukan Geografis Letak wilayah secara geografis
Memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan wilayah baik dari segi ekonomi budaya, social, politik dan fiskal . letak geoarafis memiliki pengaruh pula terhadap letak strategis wilayah dalam berbagai aspek kehidupan. Kedudukan strategis wilayah yang bersangkutan dan dapat menjadikan wilayah tersebut sebagai salah satu pasar produksi pembangunan baik sektoral, maupun nonsektoral dan bahkan mungkin dapat menjadi salah satu produsen handal yang mampu memasok terhadap daerah lain disekitarnya, dengan demikian kedudukan geografi memiliki peran yang penting dan dapat menjadi faktor pengaruh yang kuat terhadap perkembangan wilayah yang bersangkutan dan sekitarnya.Di samping itu, dengan letak geografi tersebut dapat dijadikan sebagai dasar setting terhadap kegiatan yang prospektif di masa depan termasuk penentuan pola konservasi dan preservasi serta pola eksploitasinya.


BAB III
Penutup

Dalam pembahasan mengenai geologi dan geomofologi papua maka dapat di simpulkan bahwa
  1.      Papua merupakan sebuah pulau yang berasal dari pengendapan materi banua ausrtalia selama berjuta-juta tahun, pengendapan ini menghasilan tumpukan material yang tebal sehingga mampu membentuk sebuah pulau seperti sekarang.lempeng ausrtalia dengan lempeng pasifik yang menyebabkan pengendapan yang terjadi sebelumnya terangkat kepermukaan dari dasar lautpasifik yang ditemukan di Papua yang mengindikasikan terjadinya  pengangkatan dari dasar laut oleh tenaga endogen, dikenal sebagai Orogenesa Melanesia.
   2.      Pembagian geologi regional Papua  berdasarkan  pada tektonik, magmatic, dan stratigrafinya, maka Papua dibagi menjadi 3 kawasan atau  provinsi, yaitu:
a.       Kawasan Samudra Utara yang dicirikan oleh adanya  batuan ofiolit dan  busur vulkanik kepulauan sebagai  bagian dari Lempeng Pasifik.
b.      Kawasan Benua yang dicirikan atas  batuan sedimen yang menutupi  batuan dasar kontinen.
c.       Lajur Peralihan yang terdiri atas  batuan yang termalihkan dan terdeformasi sangat kuat. Lajur ini memisahkan Kawasan Benua dan Kawasan Samudra Utara.

3.      Seting tektonik Papua terdiri dari  patahan, lipatan, maupun sesar-sesar sehingga di wilayah Papua rentan akan terjadinya gempa  bumi yang  diikuti enggan tsunami. Akibat dari tektonik yang katif, wilayah Papua kaya akan  barang tambah seperti timah, emas,  bijih  besi, dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan sebagai devisa negara.
4.      Srratifigasi wilaya papua terdiri atas:
a.       Paleozoic Basement (Pre-Kambium Paleozoicum)
b.      Sedimentasi Mesozoikum hingga Senosoik
c.       Sedimentasi Senosoik Akhir
d.      Kenozoikum
e.       Miosen sampai sekarang
f.       Srtigigasi lempeng pasif
g.      Stratigrafi zona transisi



  5.      Dari Peta Geologi Papua yang disederhanakan, diketahui  bahwa  batuan yang terdapat di Papua terdiri dari  batuan  beku, sedimen, dan metamorf  yang  penyebarannya dapat diketahui melalui  peta.







Kesimpulan
Secara struktur geologi wilayah papua adalah suatu wilayah yang sangat besar potensi terutama dibidang pertambangan hal ini dapat dilihat dari prospek  beberapa wilayah di Papua yang banyak terdapat Au (emas), Ag (perak) &Cu(tembaga) yang terdapat di daerah-daerah yang telah kami sampai kan di atas.Melihat kerumitan dari struktur tektonik dari pulau ini dimana pulau ini terdapat banyak sekali patahan dan gejala tektonik. Jika melihat sejarah dari pulau Papua ini, pulau ini telah mengalami banyak sekali proses geologi Dan masih banyak lagiyang tidak kita ketahui dari papua itu sendiri.
Saran
Kebanyakan Ilmuwan yang meneliti struktur geologi ataupun tektonik di papua adalah berasal dari luar negeri sedangkan jarang ada ilmuwan yang berasaldari Indonesia sendiri, barang-barang tambang di indonesia pun banyak dikelolaoleh bangsa-bangsa asing dan Indonesia sangat dirugikan maka Indonesiaseharusnya kembali mengkaji lebih dalam tentang struktur bumi Papua sehinggakita dapat mengelola kekayaan alam kita sendiri terutama potensi alam yang ada di bumi Papua.

Dafrat pustaka

Anonim. -.  Profil Wilayah Provinsi Papua Barat , dalam
www.rtrwpapuabarat.info%2Ffakta%2Fpdf%2Fasp-fisik.pdf , diunduh 19 Juni 2011.


Anonim.2009. The Geology of Papua, dalam http://en.wikibooks.org/wiki/The_Geology_of_Indonesia/Papua, diunduh 19 Juni 2011.

Anonim. 2011. 7 Daerah Geologi Indonesia yang Unik, dalam http://www.kaskus .us/showthread.php?p=445844903, diunduh 19 Juni 2011.
Anonim. 2011.  Misteri Pulau Jutaan Tahun-Papua, dalam http://rovicky.multiply .com/journal/item/206, diunduh 19 Juni 2011.

Florida Museum of   Natural History. -.  Papua New Guinea Geology, dalamhttp://www.flmnh.ufl.edu/pngsnails/geology.htm, diunduh 19 Juni 2011.

 West Papua Liberation Organitation. 2011. Terbentuknya Pulau Papua, dalamhttp://oppb.webs.com/apps/blog/, diunduh 19 Juni 2011.

Widijono, B.S. dan B Setyanta. 2009.  Medan Gaya Berat pada Batuan Ofiolit (Ultramafik) di Beoga Papua dan Implikasi terhadap Genesis AlihTempatnya,dalam http://www.jurnal.pdii.lipi.go.id, diunduh 19 Juni 2011.

Departemen Pertambangan dan Energi Provinsi Papuawww.deptamben.go.idcopyright © 2004 dinas pertambangan dan energi provinsi papualast modified: desember 11, 2004
Referensi :- http://wikipedia.org

- Dow, D.B., dan Sukamto, R. (1984) : Western Irian Jaya: the end-product ofoblique plate convergence in the Late             Tertiary, Tectonophysics, 106, p.109-139.
- Hamilton, W.R. (1979) : Tectonics of the Indonesian Region, US Geological Survey Professional Paper 1078, 345 pp.

- Pigram, C.J., Robinson, G.P., dan Tobring, S.L. (1982) : Late Cainozic Origin forthe Bintuni Basin and Adjacent Lengguru Fold Belt, Irian Jaya, Proceedings Indonesian Petroleum Association, 11th Annual Convention, p. 109-126

-  Pigram, C.J., dan Sukanta, U. (1981) : Report on the geology of the Taminabuansheet area. Indonesian Geological Research and Development Centre, Open File Report.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Anonim mengatakan...

pace sumber-nya itu benar juga ditulisnya. tetapi saya pikir sebagian itu sumbernya dari saya punya isi tugas akhir.

Fayzal Amri Rustan mengatakan...

artikelnya bermanfaat bro, mampir juga di blogku geologistfromsouth.blogspot.com

Posting Komentar